POSTED: 11 June 2020

 Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) tidak hanya berdampak dashyat terahadap kesehatan tubuh manusia. Tidak hanya di Indonesia tapi hampir seluruh dunia. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, pandemi Covid 19 ini merongrong sektor perekonomian. Bahkan kalau tidak ditangani dengan baik dan seksama bisa menimbulkan ancaman baru yakni krisis ekonomi hingga ancaman kelaparan.

Kekhawatiran dampak ekonomi ini sungguh-sungguh dirasakan para UKM mitra Bogasari dari berbagai belahan nusantara. Ini terungkap dalam Halal Bi Halal 1441 antara Bogasari dengan Mitra UKM yang tergabung dalam berbagai paguyuban di berbagai daerah. Mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan pulau lainnya. Karena masih ada pembatasan akibat pandemi covid 19, halal bihalal yang biasa digelar Bogasari dengan paguyuban di setiap daerah secara tatap muka,  kali ini terpaksa secara online melalui aplikasi zoom.

“Inilah halal bihalal dengan kenormalan baru (new normal),” ucap Ivo Ariawan, Senior Vice President (SVP) Commercial Divisi Bogasari. Mumpung halal bihalal secara online maka digelar secara nasional, Rabu (10/6/2020) dengan nama Halal Bihalal Forum Komunikasi Paguyuban UKM Mitra Bogasari 1441 H. Total 43 paguyuban yang gabung dalam halal bi halal online ini dan diwakili ketua paguyuban masing-masing. Selain 43 perwakilan paguyuban, juga ikut online 19 orang perwakilan Bogasari dari berbagai daerah. 

Beberapa UKM yang juga ketua paguyuban bercerita singkat akan dampak Covid 19 terhadap usaha mereka. “Di awal-awal masa covid-19, sekitar  20%  anggota Paguyuban Sukaboga terpaksa harus tutup total. Selain yang tutup total, ada juga UKM anggota kami yang terpaksa gagal mengirim produk untuk dijual ke Jakarta, sehingga menderita kerugian yang tidak sedikit,” ungkap Dian, Ketua Paguyuban Sukaboga Sukabumi.

Para UKM mengaku harus memutar otak lebih keras agar usahanya bisa bertahan. Ada yang mengubah cara penjualan, mengganti jenis produk, bahkan ada yang coba bertahan tetap produksi walau merugi demi mempertahankan merek.

  “Kita sebagai UKM itu harus kreatif, dan harus bisa beradaptasi dengan zaman. Anggota kita banyak yang mulai berjualan secara online, ada juga yang mengganti produknya menjadi kue kering karena menjelang lebaran. Pokoknya semua yang bisa dilakukan, harus kami lakukan agar bisa bertahan,” ungkap Yana, Perwakilan Kampung Kue di Gempol, Pasuruan.

Hal senada diungkapkan Parmu, Ketua Pamas (Paguyuban Mie Ayam Surabaya) dan Ebiet, pemilik usaha Bakso Barokah sebagai perwakilan Paguyuban Angso Duo Jambi. Mereka menganggap, proses pemulihan ini tidak lepas dari edukasi dan bimbingan Bogasari dan rekan-rekan paguyuban.  Peningkatan pendapatan yang semula hanya hayalan, mulai menjadi kenyataan saat memasuki bulan Ramadan. Pesanan mulai berdatangan, dan berangsur mendatangkan cuan

“Karena tergabung dalam paguyuban, kita bisa sharing dengan UKM lainnya. Kita bisa bertukar pikiran untuk meningkatkan pendapatan. Saya mewakili Paguyuban Mie  Angso Duo Jambi, mengucapkan terima kasih kepada Bogasari telah memfasilitasi kami untuk berdiskusi seperti ini. Alhamdulillah, saat ini usaha kami sudah berangsur pulih dan sudah menyentuh angka 80%.” ungkap Ebiet dan Parmu.

Ivo Ariawan, SVP Commercial Bogasari mengaku bangga terhadap ketangguhan para paguyuban dan mengajak untuk sama-sama tetap bersyukur kalau kondisi usaha para UKM sudah mulai membaik.  

“Salah satu tujuan diadakannya forum komunikasi online ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi terkini mitra UKM Bogasari, sehingga kita bisa menentukan  program seperti apa yang tepat untuk membantu mengembalikan kondisi UKM seperti sebelumnya bahkan lebih dari sebelumnya. Bogasari akan komitmen untuk terus tumbuh bersama UKM,” tegas Ivo. (EGIRAP)

0

Silahkan login terlebih dahulu untuk mengirimkan komentar.
Related Artikel