POSTED: 23 May 2018

Melewati Jalan Setia Budi di setiap Sabtu dan Minggu malam Anda harus bersabar. Sepanjang hampir 1 km, laju kendaraan dari 2 arah pasti tersendat. Bukan karena ada kecelakaan atau peristiwa lain. Tapi karena Anda sedang melwati lokasi Mie Aceh Titi Bobrok, yang terletak di Jalan Setia Budi No. 17D, Sei Sikambing, Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara.
Kemacetan terjadi karena di kiri kanan bahu jalan banyak kendaraan parkir. Siapa lagi kalau bukan pengunjung Mie Aceh Titi Bobrok. Saking macetnya, pihak Dinas Perhubungan Kota Medan sesekali ikut turun tangan mengatur lalu lintas. Uniknya, kemacetan ini malah membuat orang semakin penasaran dan tertarik untuk mampir.
Tidak hanya orang Medan dan sekitarnya, tapi juga masyarakat luar yang tengah berlibur. Termasuk kami dari Bogasari Jakarta yang sengaja mampir untuk menyaksikan langsung keramaian Mie Aceh Titi Bobrok di Sabtu malam, 5 Mei lalu. Kami pun ikut merasakan kemacetan di jalan Setia Budi.
“Selamat datang di Mie Aceh Titi Bobrok. Beginilah kalau di hari Sabtu malam dan Minggu. Kapasitas restoran kami yang mampu menampung 600 orang pun kadang tidak memadai. Pengunjung sampai harus waiting list. Selama mereka tidak keberatan, ya kami layani,” ucap Mirza, pewaris Mie Aceh Titi Bobrok.
Jembatan Rusak
Mirza adalah putra dari almarhum haji Fuad Yusuf, yang merintis usaha Mie Aceh Titi Bobrok tahun 1996. Saat ayahnya pertama kali berjualan, Mirza masih dalam kandungan ibunya. Ayahnya membuka usaha hanya berupa gerobak mangkal di lokasi yang sama dengan saat ini.
Sebelum jualan mie aceh gerobakan, ayahnya Mirza bekerja serabutan sebagai kuli angkut. Kadang menjadi tenaga pikul di pabrik cengkeh, kopi, toko bangunan dan lain-lain. Karena ingin memperbaiki hidup, akhirnya sang ayah banting stir menjadi pedagang mie aceh. Dari awal memulai usaha, ia dan istrinya hajjah Nurlaili yang sama-sama berdarah Aceh membuat mie sendiri. Dan sejak tahun 1996, Mie Aceh Titi Bobrok sudah memakai terigu Bogasari.
Di awal berjualan, pasangan suami istri ini hanya punya 2 meja. Produksi mie nya paling banyak 3 kilogram per hari. Untuk menjalankan usaha saat itu, mereka dibantu 2 karyawan dan adiknya Fuad.
“Jadi kalau orang mau makan mie aceh di sini, patokannya adalah jembatan rusak alias “titi bobrok”. Lama kelamaan orang pun menjadikannya sebagai panduan, kalau mau makan mie aceh yang enak yang dekat titi bobrok. Akhirnya almarhum ayah saya pun membuat merek usahanya Mie Aceh Titi Bobrok agar gampang dikenal dan diingat orang,” ucap Mirza yang saat ini masih kuliah semester 6 di Fakultas Hukum Universitas Panca Budi.
Tahun 2016, sang ayah pun meningal dunia. Jadilah Mirza sebagai anak pertama yang meneruskan usaha dan ditemani ibu serta adik ayahnya. Mirza memiliki seorang adik bernama Siti Natasya yang baru mau masuk bangku kuliah dan rencannya di Jakarta.
Terigu Bogasari
Di hari biasa, omset penjualan rata-rata 350 porsi. Sedangkan hari Sabtu, Minggu dan hari libur besar bisa sampai 750 porsi bahkan lebih. Mie Aceh Titi Bobrok memiliki 15 varian dengan menu dasar yakni goreng, kuah, dan basah. Perbedaan masing-masing varian terletak pada campuran daging, cumi, udang, kepiting, dan tambahan bumbu lainnya.
Harga per porsinya pun variatif dan cukup terjangkau. Mulai dari harga Rp 12 ribu, misalnya mie aceh basah, goreng dan kuah. Sedangkan yang termahal Rp 47 ribu yaitu mie aceh udang, plus kepiting, daging dan cumi. Selain aneka mie, Anda juga bisa menikmati nasi goreng aceh, martabak mesir dan roti cane.
“Kami sudah sudah konsisten dengan Bogasari dari era almarhum ayah. Pernah ditawarin produk lain, tapi kami tidak berani memakainya karena risikonya besar. Karena secara kelembutan, Bogasari masih lebih bagus,” tegas Mirza. (RAP/REM)
Related Artikel
-
Perjuangan Banana Bread Shop Dari Dusun WeruUngkapan pepatah "usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil" memang benar adanya. Sukardi, pria kelahiran Jombang 37 tahun lalu berhasil membuktikannya lewat usaha roti bermerek Banana Bread Shop. Ia merangkak dari bawah. Mulai dari sebagai karyawan, jualan mie ayam, soto, dan bakso, hingga akhirnya menjadi juragan roti di Dusun Weru, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang.POSTED: 04 May '180
-
Mantan Karyawan Pajak, Jadi Pengusaha MartabakMemutuskan berhenti sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementrian Keuangan bukanlah perkara mudah bagi seseorang. Masa depan pasti, gaji berkecukupan, peluang jadi pejabat pun ada. Tapi lain halnya bagi Sony Arca Adryanto yang dengan mantap keluar dari comfort zone. Alumnus STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara) ini berhenti berkarier sebagai PNS dan kini sukses menjadi pengusaha martabak.POSTED: 16 Apr '180
-
Sukses Gosyen Bakery, Berawal Dari BbcMasa-masa sulit yang begitu berat sudah pernah dirasakan Heny. Betapa tidak, ketika kondisi sudah benar-benar jatuh, teman yang mau diajak kerja sama bisnis pun tidak ada. “Tapi saya bersyukur, karena Tuhan sudah mempunyai rencana untuk saya,” ujar Heny, pemilik ‘Gosyen Bakery’ Surabaya.POSTED: 06 Apr '180
Silahkan login terlebih dahulu untuk mengirimkan komentar.