POSTED: 29 November 2019

Tepung terigu meski hasil olahan dari biji gandum yang 100 % impor, tapi menjadi agen untuk pemberdayaan aneka produk pertanian lokal. Mulai dari sayuran, tomat, bawang, sawit, aneka buah-buahan, bahkan daging dan telur. Terigu tidak menjadi komoditas yang berdiri sendiri, tapi menyerap produk pertanian lokal baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.

Hal itu ditegaskan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Direktur Indofood Franciscus Welirang kepada wartawan di acara pelepasan ekspor wheat bran pellet oleh Bogasari ke Filipina, Rabu (27/11/2019) di dermaga 1 Bogasari, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Acara pelepasan ekspor tersebut dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, Kepala Balai Besar Karantina Tanjung Priok Purwo Widiarto, Direktur Indofood Franciscus Welirang, Wakil Kepala Divisi Bogasari Erwin Sudharma, sejumlah Dirjen dan Kepala Badan di Kementan, anggota DPR, Walikota Jakarta Utara, dan sejumlah perwakilan dari lembaga karantina serta pemerintahan kota Jakarta Utara.

”Dalam proses pengolahan untuk menjadi makanan, terigu mendongkrak konsumsi komoditas pertanian nasional.  Bahkan di berbagai daerah, para UKM khususnya, semakin banyak variasi makanan berbasis terigu yang dicampur dengan komoditas pertanian setempat. Misalnya cake salak, mie naga, roti durian, kue lapis talas, bolu nanas, labu cake, bahkan kue kering yang yang kaya dengan aneka biji-bijian,” papar Franciscus Welirang yang biasa disapa Franky Welirang. 

Terkait dengan hal itu, tentu perlu adanya edukasi dan inovasi yang harus terus dilakukan untuk mendorong konsumsi beragam komoditas pertanian nasional dengan bahan baku terigu. “Seperti halnya yang dilakukan Bogasari sebagai salah satu industri terigu nasional melalui berbagai pelatihan di Bogasari Baking Center (BBC) yang sudah ada sejak tahun 1981,” tambah Franky yang juga Kepala Divisi Bogasari.

Lebih jauh, Franky yang juga Ketua Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia APTINDO menegaskan, sampai September 2019, nilai eskpor industri terigu nasional dan aneka produk turunan sudah mencapai Rp 8,7 triliun atau hampir Rp 9 triliun.  Produk yang diekspor antara lain berupa tepung terigu, by product atau dedak gandum, dan aneka produk turunan seperti pasta, mie instan, biskuit, cake, pastry dan masih banyak lagi.

Nilai ekspor yang paling besar berasal dari aneka produk turunan berbahan dasar tepung terigu seperti pasta, biskuit, mie instan, cake, wafer, pastry dan  lain-lain. Adapun negara tujuan ekspor tersebut antara lain Singapura,  Myanmar, Filipina, Jepang, Arab Saudi, Thailand, Cina dan lain-lain. Tergantung jenis produk yang diekspor. Dan kontribusi eskpor paling besar bersumber dari aneka produk turunan berbasis tepung terigu.

”Berdasarkan data APTINDO, sampai September 2019 atau year to date (YTD), nilai ekspor seluruh produk turunan berbasis tepung terigu secara nasional senilai Rp 7,8 triliun. Produk turunan yang diekspor tersebut dihasilkan oleh berbagai perusahaan industri berbasis tepung terigu,” papar Franky.

Dari total volume ekspor secara nasional tersebut, sampai September 2019 Bogasari berkontribusi sebesar 230.162 ton atau senilai  Rp 763,6 milliar. Produk Bogasari yang dieskpor tersebut adalah tepung terigu, pasta dan by product,” tambahnya.

Menyambut hal itu, Menteri  Pertanian mengatakan Kementan bersama seluruh jajaran termasuk pemerintah daerah siap mendukung untuk mengambil bagian. Sebab, ada hal lain bahwa gandum itu tidak hanya dari impor saja dan ternyata dipakai menjadi terigu tapi terigu itu diolah menjadi biskuit dan olahan pangan lainya yang diekspor.

Dorongan tersebut dilakukan melalui upaya diplomasi bisnis dengan berbagai pihak, baik dengan para pelaku usaha di dalam dan luar negeri. "Tentu saja Kementan bersama pelaku usaha terus melakukan upaya-upaya baik diplomasi bisnis dengan pihak luar negeri maupun kesiapan-kesiapan internal," kata Syahrul Yasin Limpo. (RAP)

0

Silahkan login terlebih dahulu untuk mengirimkan komentar.
Related Artikel