POSTED: 17 March 2018

Di awal menjalankan usahanya tahun 1994, Ina mempromosikan kue keringnya dari mulut ke mulut. Dan ternyata cara promosi seperti itu cukup ampuh. Setidaknya usaha Ina dengan cepat menyebar di kalangan para penggemar kue kering di sekitar tempat tinggalnya, di Jalan Bojong Koneng Atas, Kota Bandung.
Kini setiap memasuki wilayah tersebut, aroma kue kering yang sedang dipanggang di pabrik Ina Cookies langsung menyengat menggoda setiap orang yang lewat untuk mampir membeli. Bukan hanya penduduk sekitar atau warga Kota Bandung, tapi para wisatawan dari berbagai daerah. Bukan hanya karena rasanya yang enak, penampilannya pun istimewa. Mulai dari penampilan yang dibuat memikat sampai kemasannya yang unik.
Sebenarnya Ina membangun usaha sendiri bermula dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarga sejak usaha bisnis jahe gajah yang dirintis suaminya menemui kegagalan. Dengan bantuan kakak iparnya, Ida Sartika -yang sudah lebih dulu merintis usaha kue kering- Ina pun mulai menjalani bisnis kue kering.
Awalnya ia hanya membuat 5 macam kue kering, yaitu Kastengels, Nastar, Putri Salju, Cornflake Putih, dan Koko Krunch. Untuk menghasilkan kue kering tersebut, Ina menggunakan terigu Bogasari sebanyak 1 karung per bulan dengan mempekerjakan 5 karyawan. Berkat kegigihannya dan kreativitasnya, konsumsi terigu Bogasari untuk Ina Cookies sudah mencapai sekitar 2.600 karung lebih atau sekitar 65 ton per bulannya. Terigu yang dipakai beragam, yakni merek Kunci Biru, Segitiga Biru dan Cakra Kembar.
Puluhan ton terigu Bogasari dari 3 merek utama dipakai Ina Cookies untuk menghasilkan ratusan jenis atau macam kue kering. Jumlah karyawan yang dipekerjakan juga menembus angka 600, bukan lagi satuan seperti di awal usahanya. Toko pemasaran Ina Cookies juga tidak hanya di Kota Kembang, tapi menembus berbagai kota lainnya. Ada 100 lebih cabang toko di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Memulai usaha tidaklah mudah. Butuh kesabaran dan keuletan. Cemoohan atau sindiran, tidak membuat Ina dan suaminya patah arang. Bermodalkan bahan-bahan kue dan peralatan yang sebagian dipinjamkan kakak iparnya, Ina mulai produksi kue dan memenuhi pesanan dari para tetangganya. “Awalnya saya coba berjualan ke tetangga. Ternyata responsnya bagus. Lalu saya teruskan jualan ke ibu-ibu arisan dan teman-teman dekat,” ungkapnya.
Sebagaimana usaha lainnya, kala itu Ina Cookies terkendala modal. Untungnya kakak ipar tidak tinggal diam. Melihat usahanya maju, sang kakak tidak segan-segan memberi pinjaman modal. Berkat sukses usahanya, Ina sering diminta menjadi pembicara di berbagai kampus, seperti Unpad, UPI, Unisba, dan lainnya. Termausk Organisasi, seperti IPPI, IWAPI dan instansi, seperti Telkom, Pertamina, dan lain-lain. Ina pun sering mengisi acara di beberapa media televisi seperti Trans TV, Trans 7, Indosiar, RCTI, SCTV, dan Metro. Begitu pula di berbagai media cetak baik lokal maupun nasional. Saat ini Ina menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Ikatan Pembauran Perempuan Pengusaha Indonesia.
Ibu Ina mengaku tanpa bantuan Sang Ilahi, usahanya tidak akan bisa sukses. Oleh sebab itu, setiap hari sebelum mulai bekerja, ia bersama semua karyawannya senantiasa berdoa, tidak melupakan kewajibannya selain kepada sesama juga kepada Sang Khalik, serta senantiasa tertanam di dalam hati apa pun yang kita kerjakan harus diniatkan karena Allah SWT.
“Bisa membuka lapangan pekerjaan yang luas ini aku niatkan sebagai salah satu bentuk ibadahku kepada Allah,” ucap Ina. Aminn..Sukses Selalu, Tumbuh Bersama Bogasari. (*)
Related Artikel
-
Dulu Karyawan Sekarang Juragan“Selain membagikan donat secara gratis, saya juga membagikan brosur di titik-titik keramaian di sekitar outlet. Dari situlah masyarakat sekitar mulai mengenal produk Dapur Donat Madu.”POSTED: 15 Feb '180
-
Pawon Kue From Kue VillageLaid off from the company where she worked it became a turning point in the life of Choriul Mahpuduah, cake entrepreneurs and pioneer village cake in Suarabaya. Thanks to his persistence and her desire to succeed, this S1 graduate of law was named the Pahlwan Ekonomi Award 2014 for Home Industry category for his business, Almond CrispyPOSTED: 21 Jan '180
-
Diah Cookies - From Surabaya To The WorldDiah Arfianti is not an ordinary woman. In 2016, this 39-year-old housewife earned the title Hero of Economic Award 2016 for Home Industry category. Top of that award, Diah became one of four SME products marketed in Citilink Airline. November 2017 then he got orders of 1000 boxes with the contents of 6 packs per box.POSTED: 13 Jan '180
Silahkan login terlebih dahulu untuk mengirimkan komentar.