
Merintis usaha tak cukup hanya bermodalkan uang. Tapi juga butuh tekad dan keberanian. Kedua hal Inilah yang dimiliki Frans Lay, pria kelahiran 13 Juni 1993 yang berani membuka usaha roti sejak usia 22 tahun. Alhasil, hanya dalam 5 tahun usahanya berkembang pesat dari 1 outlet (gerai) menjadi 4 dan jumlah karyawan mencapai 60 orang.
Pemuda asal Medan ini lahir di tengah keluarga yang sama sekali tak memiliki latar belakang usaha di bidang roti. Tapi tahun 2010 selepas lulus SMA, ia memutuskan untuk kuliah di bidang bakery. Tepatnya di William Angliss Intitute Melbourne, Australia. Di sana, pria berkulit putih ini fokus mempelajari kue, roti, dan dessert.
Setelah 2 tahun menyelami dunia roti di Negeri Kangguru, Frans terbang ke Singapura untuk mempelajari ilmu keuangan. Dua tahun belajar keuangan, ia memutuskan balik ke Medan. “Pulang ke Medan tahun 2014, saya diberi modal oleh orang tua untuk membuka usaha. tapi saya tidak langsung buka usaha. Saya bersama 3 orang chef, selama kurang lebih 6 bulan mencari resep dan konsep yang pas,” ungkap Frans.
Memasuki tahun 2015, akhirnya ia berani membuka outlet pertama di Multatuli, Medan. Dia beri nama “Angliss Bakehouse” sesuai tempatnya belajar ilmur roti di Australia dengan harapan bisa mendongkrak penjualan di awal usaha. Tentu ia sudah meminta ijin ke pihak kampus di Australia. Frans pun memilih usaha jenis pastry karena belum banyak yang buka di Medan.
Awal usaha, pemuda yang ramah ini dibantu 3 orang chef, 4 orang stock helper, dan 3 orang bagian dapur. Dengan waktu eksperimen yang cukup dan tim kerja yang mumpuni, wajar ia optimis. Tapi yang namanya usaha tentu tidak selamanya lancar.
Ia pun sempat kaget karena dengan segala persiapan yang sudah matang ternyata sepi pembeli. Padahal jumlah produknya tidak terlalu banyak. Dalam sehari paling hanya memakai maksimal 18 kg terigu Cakra Kembar untuk menghasilkan 40 varian produk roti. Dan harga pun relatif terjangkau, di kisaran Rp 3 ribu – 8 ribu per roti.
“Melihat situasi ini, awalnya saya down. Tapi karena saya didukung penuh oleh orang tua, jadi saya harus optimis. Akhirnya bisa bangkit kembali. Selama masih muda, kita harus terus berusaha, pantang menyerah,” kenangnya.
Seraya membangkitkan semangat menjalani usaha, Frans beralih ke tepung terigu produk Bogasari yang lebih spesial untuk roti yakni terigu Cakra Kembar Emas khusus Roti Oriental. Karena memiliki protein yang tinggi, adonannya menjadi lebih elastis, kenyal dan mampu menyerap air lebih banyak. Roti buatannya menjadi lebih lembut dan bisa tahan lebih lama.
Melihat peningkatan yang cukup pesat, tahun 2017 Frans memberanikan diri membuka cabang baru di Jalan Krakatau, Medan. Karena nama Angliss Bakehouse sudah mulai berkibar di Kota Medan, gerai barunya tidak mengalami kendala berarti. Kapasitas produksinya mampu menghabiskan sekitar 10 kantong tepung terigu Cakra Kembar Emas roti Oriental kemasan 5 kg atau setara 50 kg per harinya.
Setiap tahun Angliss Bakehouse buka gerai baru dan saat ini sudah ada 4. Jumlah karyawan yang semula 10 orang berkembang jadi 60 karyawan. Meski berkembang pesat, harga Walau roti Angliss Bakehouse hanya naik menjadi kisaran Rp 3.500 – 10 ribu.
Selain di outlet, Angliss Bakehouse juga menjual poroduknya secara online di Instagram @anglissbakehouse, Facebook: Angliss Bakehouse dan line official account Angliss Bake House. Ditambah dengan pemanfaatan aplikasi pesan antar Go-Food dan Grabfood. “Setiap bulannya kami anggarkan beberapa juta untuk melakukan Ads di FB, maupun di IG, Paid Promote, dan Paid Endorse. Sebenarnya ini lebih efektif dan bisa memangkas biaya marketing kita,” ulas Frans.
Berkat digital marketing ini, nama Angliss Bakehouse menyebar hingga ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya dan Kalimantan. Omsetnya pun bertambah 20-30%. Melihat pasar yang semakin luas, Angliss Bakehouse berencana buka outlet di luar Kota Medan. Semoga sukses yah Frans.. (EGI)
-
Gagal Jadi Sarjana Sukses Jadi PengusahaMeski gagal meraih gelar sarjana di Jakarta, Ardi Rimba justru berhasil jadi pengusaha. Bahkan di usia yang belum sampai 30 tahun, pemuda lajang ini sudah memiliki 3 outlet roti dengan 2 merek berbeda di Pontianak, yaitu Cotton Bread dan D’Bread.POSTED: 19 Okt '200
-
Ubah Hidup Dari MieSemasa kecil, biasanya orang pernah ditanya tentang cita-cita. Termasuk Suwardi, pemilik usaha Mie Sumber Urip. Ia mengaku cita-citanya tidak muluk-muluk, hanya ingin mengubah nasib ekonomi keluarganya. Apapaun caranya yang penting halal.POSTED: 08 Okt '200
-
Hasil Usaha Berbekal Ijazah SmaMenikmati sajian kuliner lotek, tentunya akan mengingatkan kita pada lotek khas Jawa. Namun tahu kah Fans Bogasari bahwa terdapat varian lain dari lotek yakni lotek khas Sumatera Barat? Seperti halnya dengan lotek khas Jawa, lotek khas Sumatera Barat juga menggunakan sayuran dan saus kacang. Namun bedanya, lotek orang Minang ada campuran mie kuning dalam setiap hidangannya.POSTED: 21 Sep '200
Silahkan login terlebih dahulu untuk mengirimkan komentar.